Usai dilantik Presiden pada 21 Oktober 2024 dan menjalani Retreatmen Kabinet oleh Presiden Prabowo Subianto, Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar melakukan tancap gas yaitu berkomunikasi secara eksternal dengan lintas kementerian, lembaga DPR-RI, perwakilan Negara-negara sahabat, serta berdialog langsung secara internal dengan jajarannya di pusat, dengan para Rektor, Kakanwil, dan Kandepag bahkan pada level bawah sekalipun beliau berkomunikasi dengan baik, seperti kepada para Kepala KUA. Hal ini rutin dilakukan dalam rangka mengkomunikasikan gagasan dan konsep membangun Kementerian Agama secara totalitas. Melalui gaya komunikasi yang lembut namun tegas, jelang 100 hari kerja, Menag RI selalu intens berkomunikasi dengan memanfaatkan zoom meeting. Setiap Selasa pagi jam 06.00 WIB beliau jadikan sebagai jadwal rutin untuk bersilaturahmi dengan aparaturnya, baik secara vertical maupun horizontal. Menag juga sangat self convidence dan berani karena memang beliau memiliki integritas yang tinggi. Minimal terlihat melalui tindak-lakunya yang hanya ingin menerima sesuatu yang menjadi haknya dan menolak sesuatu yang bukan menjadi haknya. Pesan ini selalu disampaikan pula kepada aparatur Kementerian Agama. Dalam memimpin, Menag Nasaruddin memiliki kemampuan untuk menggerakkan, menginspirasi dan mengarahkan aparaturnya dengan cara selalu mengingatkan tugas pokok dan fungsi masing-masing pejabat serta mempercayakan kepada bawahannya untuk mengatur dan mengelola apa yang menjadi kewenangan dan tanggung jawabnya secara lebih prima. Hal tersebut dijumpai melalui salah satu pesan dari 8 Pesan Menteri Agama, yakni harus agile seiring dengan terjadinya transisi kelembagaan atau lincah dan profesional dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakat serta melakukan optimalisasi pengabdian kepada masyarakat, terutama dalam melakukan pembinaan kepada umat beragama. Menag Nasaruddin selalu menegaskan bahwa umat beragama harus dekat dengan ajaran agamanya. Semangat kerja Menag Nasaruddin pun tidak diragukan lagi yang terbukti memiliki kecintaan pada pekerjaan yang sangat tinggi di antaranya beliau tidak akan istirahat sebelum surat-surat dan administrasi lainnya belum tuntas dibaca, didisposisi dan ditandatangani, bahkan hingga lewat dini hari beliau bekerja menyelesaikan tugasnya, apalagi yang berkenaan dengan nasib orang lain. Program kerja Menag Nasaruddin sangat jelas dan terukur yang dapat dilihat melalui Rencana Strategis Kemenag RI Periode 2024-2029, Indikator Kinerja Utama pejabat lingkup Kemenag RI dari pusat hingga daerah, 8 Pesan Menteri Agama, yang diikat lugas dengan Perjanjian Kinerja. Menag Nasaruddin sangat antikorupsi yang dibuktikan dengan penolakannya terhadap gratifikasi berupa tas yang berisi barang berharga dan langsung dilaporkan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Menag Nasaruddin tiada henti mengingatkan pada setiap kali pertemuan kepada aparatur Kementerian Agama seantero Indonesia agar melawan korupsi dan harus punya imun untuk menolak gratifikasi. Demikian pula dalam penentuan posisi jabatan, Menag Nasaruddin menerapkan merit system dan talent pool dalam promosi jabatan. Selama 3 bulan menjabat sebagai Menag Nasaruddin telah melakukan beberapa inovasi di antaranya bersama-sama Komisi VIII DPR-RI menurunkan biaya ongkos naik haji dan merancang Pendidikan Berbasis Toleransi dan menyiapkan Kurikulum Berbasis Cinta yang cukup fenomenal. Menag Nasaruddin ketika menjalankan tugas selalu bersikap independen dan memiliki imun tinggi untuk tidak terpengaruh pada institusi atau individu tertentu dalam mengambil keputusan. Beliau sangat peka terhadap berbagai isu-isu sosial keagamaan dan selalu mengharapkan agar kita “tidak mengorang-lainkan orang lain” karena dengan demikian, maka toleransi dan saling mencintai di antara sesama akan terwujud. Di samping itu, Menag Nasaruddin secara tegas mendorong IAIN/STAIN untuk bertransformasi menjadi UIN guna merespon kebutuhan masyarakat, daerah dan bangsa. Atas kinerjanya ini kemudian Centre for Indonesia Strategic Actions (CISA) menempatkan Menag Nasaruddin berada pada posisi kedua dengan persentase kinerja 23,63% setelah Saifullah Yusuf Menteri Sosial mendapat 29,91% sebagai Menteri yang memiliki kinerja tinggi dalam Kabinet Prabowo-Gibran, seperti yang dilansir JawaPos.com (16/1/25) yang bertajuk Survei 100 Hari Kerja: Performa Kinerja Pemerintah dan Dinamika Sosial dan Politik Nasional yang berlangsung sejak 5-10 Januari 2025. Dalam melakukan survey, CISA menentukan 10 indikator, yaitu: Komunikasi 30,45%; Integritas 21,61%; Kepemimpinan 19,43%; Pelayanan Publik 10,26%; Etos Kerja 5,47%; Program Kerja 4,37%; Anti Korupsi 3,36%; Inovasi 2,52%; Independensi 1,68%; dan Responsibilitas 0,84%.