-BENAK REKTOR-
TELUK ILMU: EPISTEMOLOGI KEILMUAN UIN KENDARI (2)
Dipublish Tanggal 01 January 2025 Pukul 21:23
Prof. Dr. Husain Insawan, M.Ag - Rektor IAIN Kendari
4. Aspek Sosiologis
Secara praksis sosiologis, orang Sultra memiliki mobilitas tinggi, khususnya dalam pengembangan ekonomi dan pertanian. Mereka memiliki tradisi mepokoaso (bersatu), samaturu (gotong royong) atau pokadulu (gotong royong) dan saling membantu antara satu dengan yang lain. Mereka tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan dalam Kebhinekaan.
Aspek sosiologis dalam kajian Islam transdisipliner di UIN Kendari menekankan integrasi antara ilmu sosiologi dan ajaran Islam untuk memahami interaksi sosial, perubahan sosial, dan dinamika masyarakat Muslim. Pendekatan ini menghubungkan ajaran agama dengan fenomena sosial modern, seperti perubahan budaya, struktur kekuasaan, dan dinamika hubungan sosial dalam masyarakat. Berikut beberapa aspek utama dari pendekatan sosiologis dalam kajian Islam transdisipliner:
a. Hubungan Islam dan Masyarakat
Dalam kajian ini, Islam tidak hanya dipelajari sebagai ajaran agama, tetapi juga sebagai sistem sosial yang berperan penting dalam membentuk tatanan masyarakat. Beberapa kajian yang bisa dilakukan meliputi:
- Islam sebagai Sistem Sosial: Mengkaji bagaimana ajaran-ajaran Islam, seperti keadilan sosial, solidaritas, dan musyawarah, mempengaruhi struktur sosial dalam masyarakat Muslim. Prinsip-prinsip ini dapat dilihat dalam konteks pembentukan norma, hukum, dan aturan sosial.
- Penerapan Hukum Islam dalam Masyarakat Modern: Kajian ini meneliti bagaimana hukum-hukum syariat diterapkan dalam masyarakat modern, terutama di Indonesia. Hal ini termasuk bagaimana masyarakat Muslim menjalankan aspek-aspek hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari, seperti zakat, perkawinan, dan warisan.
b. Perubahan Sosial dan Islam
Kajian Islam transdisipliner dalam sosiologi juga berfokus pada dinamika perubahan sosial dalam masyarakat Muslim. Aspek ini meneliti bagaimana Islam merespons dan memengaruhi perubahan sosial yang terjadi, baik secara internal maupun eksternal. Beberapa hal yang bisa dikaji meliputi:
- Modernisasi dan Islam: Kajian ini meneliti bagaimana modernisasi, urbanisasi, dan globalisasi memengaruhi masyarakat Muslim. Dalam hal ini, integrasi antara nilai-nilai tradisional Islam dan tuntutan modernitas menjadi perhatian utama. Kajian ini juga bisa menyoroti bagaimana umat Islam di Sulawesi Tenggara, misalnya, merespons perubahan sosial yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi dan ekonomi.
- Gerakan Sosial Islam: Mengkaji peran gerakan sosial Islam dalam mempengaruhi perubahan politik, ekonomi, dan sosial. Contoh gerakan ini bisa berupa gerakan reformasi Islam, gerakan keadilan sosial, atau peran ormas Islam dalam advokasi kebijakan publik.
c. Struktur Kekuasaan dan Islam
Pendekatan sosiologis dalam kajian Islam transdisipliner juga memerhatikan hubungan antara agama dan kekuasaan. Islam sering kali terlibat dalam struktur kekuasaan, baik di tingkat lokal maupun nasional. Beberapa aspek yang bisa dikaji meliputi:
- Islam dan Politik Lokal: Mengkaji bagaimana Islam berperan dalam politik lokal di Sulawesi Tenggara, seperti keterlibatan ulama atau tokoh agama dalam proses politik, serta pengaruh nilai-nilai Islam dalam pengambilan keputusan di tingkat pemerintahan.
- Kepemimpinan dalam Islam: Pendekatan ini meneliti konsep kepemimpinan dalam Islam dan bagaimana nilai-nilai keagamaan diterapkan dalam kepemimpinan politik dan sosial. Konsep seperti keadilan, amanah (kepercayaan), dan musyawarah (konsultasi) menjadi landasan dalam kajian ini.
d. Islam dan Keadilan Sosial
Kajian Islam transdisipliner dalam sosiologi juga mencakup isu-isu keadilan sosial, seperti distribusi kekayaan, hak-hak perempuan, dan kesetaraan gender. Aspek keadilan sosial dalam Islam sangat relevan dalam konteks masyarakat modern yang beragam. Beberapa hal yang bisa dikaji meliputi:
- Zakat dan Kesejahteraan Sosial: Islam mengajarkan zakat sebagai instrumen keadilan sosial untuk mengurangi kesenjangan ekonomi. Kajian ini meneliti bagaimana praktik zakat di masyarakat Muslim dapat berkontribusi pada pengentasan kemiskinan dan pembangunan kesejahteraan sosial.
- Gender dan Keadilan dalam Islam: Mengkaji bagaimana ajaran Islam memandang peran gender dalam masyarakat dan bagaimana hal ini bisa diselaraskan dengan tuntutan kesetaraan gender dalam konteks modern. Ini termasuk peran perempuan dalam keluarga, pendidikan, dan ruang publik.
e. Hubungan Antar-Komunitas dalam Masyarakat Muslim
Kajian sosiologis dalam Islam juga berfokus pada interaksi antar-komunitas dalam masyarakat Muslim. Ini mencakup kajian tentang toleransi, pluralisme, dan hubungan antara kelompok-kelompok sosial yang berbeda. Beberapa aspek yang bisa dipelajari meliputi:
- Pluralisme dan Toleransi dalam Islam: Mengkaji bagaimana ajaran Islam tentang ukhuwah (persaudaraan) dan toleransi diterapkan dalam masyarakat yang beragam secara etnis dan agama. Di Sulawesi Tenggara, yang memiliki masyarakat plural, pendekatan ini sangat relevan untuk memahami bagaimana Islam mendorong kerukunan antar-agama.
- Konflik dan Resolusi dalam Masyarakat Muslim: Kajian ini bisa meneliti bagaimana konflik sosial, baik yang berbasis agama, ekonomi, maupun politik, diatasi melalui pendekatan Islam. Ini bisa mencakup studi tentang peran lembaga-lembaga keagamaan dalam mediasi dan penyelesaian konflik sosial.
f. Sosialisasi Nilai-Nilai Islam
Dalam kajian sosiologi Islam, sosialisasi menjadi aspek penting dalam memahami bagaimana nilai-nilai agama ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Beberapa kajian terkait meliputi:
- Peran Keluarga dalam Pendidikan Islam: Keluarga sebagai institusi sosial pertama memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai agama. Kajian ini meneliti bagaimana nilai-nilai Islam ditransmisikan melalui proses pendidikan informal dalam keluarga Muslim.
- Peran Institusi Pendidikan Islam: Madrasah, pesantren, dan perguruan tinggi Islam, seperti UIN Kendari, juga berperan dalam mensosialisasikan nilai-nilai Islam kepada masyarakat. Kajian ini bisa menyoroti bagaimana lembaga pendidikan Islam membentuk identitas sosial dan religius generasi muda.
-
Pendekatan sosiologis juga mengkaji interaksi antara Islam dan budaya lokal. Di Sulawesi Tenggara, terdapat berbagai budaya lokal yang berinteraksi dengan ajaran Islam. Kajian ini bisa meliputi:
- Islamisasi Budaya Lokal: Meneliti bagaimana Islam memengaruhi adat dan tradisi lokal, serta bagaimana ajaran agama ini diadopsi dan diselaraskan dengan budaya setempat. Contohnya adalah bagaimana upacara adat, perkawinan, dan sistem kekerabatan di Sulawesi Tenggara dipengaruhi oleh ajaran Islam.
- Sinkretisme dan Akulturasi: Mengkaji fenomena sinkretisme, yaitu pencampuran antara elemen-elemen budaya lokal dengan ajaran Islam. Ini bisa dilihat dalam tradisi masyarakat yang tetap mempertahankan unsur-unsur adat sekaligus mengadopsi ajaran Islam.
h. Islam dan Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial merujuk pada perubahan posisi individu atau kelompok dalam struktur sosial. Dalam konteks Islam transdisipliner, aspek ini bisa mencakup:
- Peran Ekonomi dalam Mobilitas Sosial: Mengkaji bagaimana prinsip-prinsip ekonomi Islam, seperti kewajiban zakat, pelarangan riba, dan ekonomi syariah, dapat berkontribusi pada mobilitas sosial masyarakat Muslim. Ini juga bisa dikaitkan dengan fenomena pengentasan kemiskinan melalui pendekatan ekonomi Islam.
- Pendidikan Islam dan Mobilitas Sosial: Pendidikan Islam, baik formal maupun informal, dianggap sebagai alat utama untuk meningkatkan status sosial. Kajian ini bisa meneliti bagaimana pendidikan Islam di UIN Kendari berperan dalam meningkatkan mobilitas sosial mahasiswanya.
Aspek sosiologis dalam kajian Islam transdisipliner di UIN Kendari berfokus pada interaksi antara agama dan masyarakat, perubahan sosial, keadilan, dan dinamika hubungan antar-komunitas. Pendekatan ini memberikan pemahaman yang holistik tentang bagaimana Islam mempengaruhi dan dipengaruhi oleh konteks sosial dan budaya di mana ia berada. Dengan mengintegrasikan teori-teori sosiologi modern dan nilai-nilai Islam, kajian ini memberikan perspektif yang kaya tentang kehidupan sosial masyarakat Muslim, baik di level lokal maupun global.
5. Aspek Struktur Kemasyarakatan
Dari aspek struktur kemasyarakatan, masyarakat Sultra tentu memiliki desa atau perkampungan yang masing-masing memiliki tradisi sendiri, meski berada di daerah terpencil. Mata pencahariannya tergantung di hasil pertanian dan laut karena ada komunitas yang hidup di daratan, dan ada pula komunitas masyarakat yang hidup di daerah pegunungan. Karakter kehidupan masyarakat masih dominan bersifat agraris dan sebagian masyarakat mendiami pulau-pulau dan pesisir dengan kultur maritim yang sangat akrab. Sebagian mereka bekerja sebagai nelayan dan jasa transportasi laut. Pada pihak lain, sebagian mansyarakat menjalankan perannya sebagai penegak hukum dan urusan adat masyarakat. Olehnya itu, terbentuk Lembaga Adat Tolaki, Lembaga Sara dan Kerajaan di Muna, serta Lembaga Sara dan Kesultanan di Buton.
Aspek struktur kemasyarakatan dalam kajian Islam transdisipliner di UIN Kendari berfokus pada interaksi antara ajaran Islam dan tatanan sosial yang ada dalam masyarakat. Pendekatan ini melihat bagaimana Islam mempengaruhi dan dipengaruhi oleh struktur sosial yang meliputi kelas, status, peran, dan institusi sosial. Dalam kajian transdisipliner, aspek ini mengintegrasikan pandangan Islam tentang masyarakat dengan teori-teori sosial kontemporer untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang dinamika sosial. Berikut adalah beberapa aspek penting dari kajian ini:
a. Islam dan Struktur Sosial
Struktur sosial dalam masyarakat adalah tatanan yang mengatur bagaimana individu dan kelompok berinteraksi berdasarkan posisi sosial mereka, seperti kelas, status, dan peran sosial. Dalam Islam, terdapat panduan mengenai bagaimana struktur masyarakat yang ideal seharusnya dibentuk:
- Keadilan Sosial dan Kelas dalam Islam: Islam menekankan pentingnya keadilan sosial dan persamaan di hadapan Tuhan. Kajian ini bisa menghubungkan ajaran Islam tentang keadilan sosial dengan teori kelas dalam sosiologi, misalnya bagaimana zakat dan sistem ekonomi Islam berfungsi untuk mengurangi ketimpangan sosial dan ekonomi di masyarakat.
- Peran Institusi Sosial dalam Islam: Institusi sosial seperti keluarga, masjid, dan komunitas keagamaan memiliki peran sentral dalam membentuk struktur masyarakat Muslim. Kajian ini dapat menyoroti bagaimana institusi-institusi tersebut berfungsi sebagai pilar dalam menjaga nilai-nilai Islam dan membentuk kohesi sosial.
- Keluarga sebagai Unit Dasar Masyarakat
Dalam Islam, keluarga dianggap sebagai unit sosial terkecil yang memiliki peran penting dalam pendidikan moral, agama, dan sosial. Kajian tentang struktur kemasyarakatan dalam Islam transdisipliner dapat menyoroti:
- Struktur Keluarga dalam Islam: Mengkaji bagaimana ajaran Islam menempatkan peran dan fungsi keluarga dalam masyarakat, termasuk pembagian peran gender antara suami, istri, dan anak-anak. Hal ini bisa dikaitkan dengan konsep sosiologis tentang patriarki dan matriarki, serta bagaimana Islam mendefinisikan hubungan kekuasaan dalam keluarga.
- Pendidikan Anak dalam Struktur Keluarga Islam: Islam mengajarkan pentingnya pendidikan anak sejak usia dini dalam lingkungan keluarga. Ini bisa dikaitkan dengan teori sosiologi tentang sosialisasi primer, di mana keluarga menjadi agen utama dalam mentransfer nilai-nilai sosial dan agama kepada anak-anak.
c. Stratifikasi Sosial dalam Islam
Stratifikasi sosial merujuk pada pengelompokan individu dalam masyarakat berdasarkan hierarki tertentu, seperti kekayaan, kekuasaan, atau status. Dalam kajian transdisipliner, ini dapat dikaji dari perspektif Islam yang mengajarkan kesetaraan dasar antar manusia:
- Kesetaraan Manusia di Hadapan Allah: Islam menekankan bahwa semua manusia sama di hadapan Allah, dan perbedaan status sosial tidak menjadi dasar untuk membedakan nilai seseorang. Namun, dalam praktik sosial, terdapat stratifikasi yang dapat dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan politik. Kajian ini dapat mengeksplorasi bagaimana ajaran Islam menekankan pentingnya persaudaraan (ukhuwah) dan keadilan dalam menghadapi stratifikasi sosial.
- Stratifikasi Ekonomi dan Zakat: Salah satu cara Islam mengatasi ketimpangan ekonomi dalam struktur sosial adalah melalui kewajiban zakat. Kajian ini bisa melihat bagaimana zakat sebagai institusi ekonomi Islam berperan dalam redistribusi kekayaan dan mengurangi kesenjangan sosial di masyarakat.
d. Peran Ulama dan Kepemimpinan dalam Struktur Sosial
Dalam masyarakat Muslim, ulama memiliki peran yang sangat penting sebagai pemimpin spiritual dan sosial. Kajian tentang peran ulama dan kepemimpinan dalam struktur sosial Islam dapat meliputi:
- Ulama Sebagai Pemimpin Sosial: Mengkaji bagaimana ulama tidak hanya berperan dalam urusan keagamaan, tetapi juga dalam urusan sosial dan politik. Ulama sering menjadi panutan dalam menyelesaikan masalah sosial, memberikan bimbingan, dan menjaga harmoni sosial dalam masyarakat.
- Kepemimpinan dan Kekuasaan dalam Islam: Islam mengajarkan bahwa kepemimpinan adalah amanah yang harus dijalankan dengan adil. Kajian ini bisa meneliti bagaimana konsep kepemimpinan Islam diterapkan dalam struktur kekuasaan sosial dan politik di masyarakat, termasuk bagaimana pemimpin lokal atau nasional menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam pemerintahan.
e. Islam dan Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial mengacu pada pergerakan individu atau kelompok dari satu strata sosial ke strata lain. Dalam konteks Islam, mobilitas sosial dapat terjadi melalui pendidikan, ekonomi, dan praktik keagamaan. Beberapa aspek yang dapat dikaji meliputi:
- Peran Pendidikan Islam dalam Mobilitas Sosial: Pendidikan, khususnya pendidikan agama, dapat menjadi sarana untuk mobilitas sosial. Di UIN Kendari, pendidikan tinggi Islam berperan penting dalam meningkatkan status sosial individu melalui penguasaan ilmu agama dan ilmu umum.
- Ekonomi Islam dan Mobilitas Sosial: Sistem ekonomi Islam yang menekankan distribusi kekayaan yang adil dan pelarangan riba (bunga) bisa dianalisis sebagai alat untuk mendorong mobilitas sosial bagi kelompok masyarakat yang kurang mampu.
f. Pengaruh Islam terhadap Struktur Kekuasaan
Islam memiliki pengaruh signifikan dalam pembentukan struktur kekuasaan di masyarakat Muslim, baik dalam konteks politik maupun sosial. Kajian ini dapat mengeksplorasi:
- Kepemimpinan Islam dan Struktur Politik: Dalam banyak masyarakat Muslim, ajaran Islam digunakan sebagai dasar legitimasi kekuasaan. Kajian ini bisa melihat bagaimana nilai-nilai Islam seperti keadilan, musyawarah, dan amanah diterapkan dalam sistem politik lokal dan nasional, termasuk di Sulawesi Tenggara.
- Hubungan antara Agama dan Negara: Islam sering berperan dalam membentuk hukum dan kebijakan negara, terutama di negara-negara mayoritas Muslim. Kajian ini bisa menyoroti hubungan antara agama dan negara dalam konteks struktur sosial dan bagaimana agama memengaruhi pengambilan keputusan politik.
g. Peran Masjid sebagai Pusat Sosial
Masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat sosial yang penting dalam masyarakat Muslim. Dalam struktur kemasyarakatan, masjid sering kali menjadi tempat untuk menyelesaikan masalah sosial dan memelihara persatuan:
- Masjid sebagai Pusat Kegiatan Sosial: Masjid sering menjadi tempat penyelenggaraan kegiatan sosial seperti pendidikan, pertemuan masyarakat, dan kegiatan amal. Kajian ini bisa melihat peran masjid dalam memperkuat solidaritas sosial dan menyebarkan nilai-nilai Islam di masyarakat.
- Masjid dan Kepemimpinan Komunitas: Dalam banyak kasus, masjid juga menjadi tempat di mana para pemimpin komunitas bertemu dan merumuskan kebijakan untuk kepentingan masyarakat. Kajian ini bisa mengeksplorasi bagaimana masjid memainkan peran penting dalam menjaga struktur sosial di masyarakat Muslim.
- Islam dan Integrasi Sosial
Integrasi sosial dalam Islam didasarkan pada konsep ukhuwah (persaudaraan) dan saling menghormati. Dalam kajian ini, integrasi sosial dapat dianalisis sebagai upaya untuk menyatukan berbagai kelompok sosial dalam masyarakat:
- Persatuan dalam Keberagaman: Mengkaji bagaimana ajaran Islam tentang persaudaraan dan keadilan berperan dalam mengintegrasikan masyarakat yang beragam secara etnis, budaya, dan agama. Di wilayah seperti Sulawesi Tenggara, di mana terdapat beragam suku dan agama, integrasi sosial menjadi isu yang penting.
- Peran Syariah dalam Integrasi Sosial: Syariah sebagai sistem hukum Islam juga dapat dianalisis dalam konteks bagaimana ia membantu menjaga keteraturan sosial dan mendorong integrasi dalam masyarakat Muslim.
Aspek struktur kemasyarakatan dalam kajian Islam transdisipliner di UIN Kendari mencakup berbagai dinamika sosial yang terkait dengan keluarga, stratifikasi sosial, peran institusi keagamaan, kepemimpinan, dan mobilitas sosial. Melalui integrasi antara ajaran Islam dan teori-teori sosial modern, kajian ini memberikan pemahaman yang lebih luas tentang bagaimana Islam membentuk dan dipengaruhi oleh tatanan sosial. Ini membantu dalam menciptakan masyarakat yang adil, harmonis, dan seimbang sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan dan persaudaraan yang diajarkan oleh Islam.
6. Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi dalam kajian Islam transdisipliner di UIN Kendari mengintegrasikan prinsip-prinsip ekonomi Islam dengan disiplin ilmu lain, seperti sosiologi, hukum, dan politik, untuk menciptakan pemahaman yang komprehensif mengenai sistem ekonomi yang adil dan berkelanjutan berdasarkan ajaran Islam. Pendekatan transdisipliner ini berupaya menjawab tantangan-tantangan ekonomi modern dengan merujuk pada nilai-nilai Islam yang menekankan kesejahteraan sosial, keadilan, dan distribusi kekayaan yang merata. Berikut adalah beberapa aspek ekonomi yang menjadi fokus dalam kajian Islam transdisipliner:
a. Prinsip Ekonomi Islam
Ekonomi Islam didasarkan pada ajaran Alquran dan Hadis, yang menekankan nilai-nilai moral dan etika dalam pengelolaan kekayaan. Beberapa prinsip utama yang dikaji dalam pendekatan transdisipliner meliputi:
- Keadilan Ekonomi: Islam mengajarkan distribusi kekayaan yang adil melalui zakat, sedekah, dan larangan riba (bunga). Prinsip ini bertujuan mengurangi kesenjangan ekonomi dan menciptakan keseimbangan antara kebutuhan individu dan masyarakat.
- Larangan Riba dan Sistem Keuangan Syariah: Salah satu aspek penting dalam ekonomi Islam adalah larangan riba, yang melarang praktik bunga dalam transaksi keuangan. Kajian ini bisa memfokuskan pada bagaimana sistem keuangan syariah dapat menjadi alternatif yang lebih adil dan beretika dibandingkan sistem keuangan konvensional.
- Kepemilikan dan Distribusi Kekayaan: Islam mengakui kepemilikan pribadi, tetapi menekankan bahwa kekayaan harus dikelola untuk kepentingan bersama. Kajian ini bisa mengeksplorasi bagaimana konsep kepemilikan dalam Islam sejalan dengan prinsip-prinsip keadilan sosial.
b. Zakat, Wakaf, dan Ekonomi Sosial
Zakat dan wakaf adalah dua instrumen ekonomi penting dalam Islam yang berfungsi sebagai mekanisme redistribusi kekayaan dan pengentasan kemiskinan. Kajian ini dapat meneliti peran kedua instrumen ini dalam membangun kesejahteraan sosial:
- Zakat sebagai Instrumen Redistribusi: Zakat berfungsi untuk mendistribusikan kekayaan dari yang mampu kepada yang membutuhkan. Dalam konteks transdisipliner, kajian ini dapat mengaitkan zakat dengan teori keadilan distributif dalam sosiologi dan ekonomi, serta melihat efektivitasnya dalam mengatasi kemiskinan dan ketimpangan di masyarakat.
- Wakaf untuk Pembangunan Ekonomi: Wakaf adalah sumbangan sukarela yang digunakan untuk tujuan sosial, seperti membangun fasilitas publik atau membiayai kegiatan amal. Kajian ini bisa mengeksplorasi bagaimana wakaf dapat digunakan sebagai sumber daya untuk pembangunan ekonomi berkelanjutan, termasuk dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur.
c. Ekonomi Berbasis Syariah
Ekonomi syariah mengacu pada sistem ekonomi yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, yang mencakup perbankan syariah, asuransi syariah (takaful), dan pasar modal syariah. Kajian ini bisa mengulas:
- Perbankan Syariah dan Ekonomi Umat: Perbankan syariah memainkan peran penting dalam menyediakan layanan keuangan yang bebas dari riba dan spekulasi. Dalam konteks transdisipliner, kajian ini dapat membahas bagaimana perbankan syariah mendukung pertumbuhan ekonomi umat dengan menjaga nilai-nilai etis dalam transaksi.
- Pasar Modal Syariah: Pasar modal syariah menyediakan instrumen investasi yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, seperti saham-saham syariah dan sukuk. Kajian ini bisa meneliti bagaimana pasar modal syariah dapat menjadi alternatif investasi yang beretika dan berkelanjutan.
d. Ekonomi Kerakyatan dan Islam
Ekonomi kerakyatan adalah konsep yang menekankan pada pembangunan ekonomi berbasis masyarakat, di mana kesejahteraan rakyat menjadi prioritas utama. Dalam konteks Islam, ekonomi kerakyatan sangat selaras dengan ajaran-ajaran Islam yang menekankan keadilan sosial dan pemberdayaan ekonomi masyarakat:
- Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM): Islam mendorong kemandirian ekonomi melalui kewirausahaan. Kajian ini bisa mengeksplorasi bagaimana prinsip-prinsip Islam tentang kejujuran, kerja keras, dan saling membantu dapat diaplikasikan dalam pengembangan UKM, yang merupakan tulang punggung ekonomi kerakyatan.
- Ekonomi Berbasis Komunitas: Islam mengajarkan pentingnya kebersamaan dan gotong-royong dalam mengelola sumber daya ekonomi. Dalam kajian ini, prinsip ekonomi berbasis komunitas dapat dikaitkan dengan nilai-nilai Islam, seperti kerjasama dalam bisnis (musyarakah) dan koperasi syariah.
e. Ekonomi Hijau dan Islam
Ekonomi hijau adalah pendekatan ekonomi yang berfokus pada keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan sosial. Dalam Islam, menjaga alam adalah bagian dari kewajiban agama. Kajian ini dapat melibatkan perspektif Islam dalam mendukung praktik ekonomi ramah lingkungan:
- Pengelolaan Sumber Daya Alam dalam Islam: Islam mengajarkan bahwa manusia adalah khalifah di bumi yang memiliki tanggung jawab untuk menjaga lingkungan. Kajian ini bisa mengeksplorasi bagaimana konsep amanah dalam Islam diterapkan dalam pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.
- Ekonomi Berkelanjutan dan Etika Islam: Islam menekankan keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan ekonomi dan tanggung jawab sosial. Dalam pendekatan transdisipliner, kajian ini bisa mengaitkan ekonomi hijau dengan ajaran Islam tentang kesederhanaan (zuhud) dan anti-eksploitasi.
f. Keberlanjutan Ekonomi dan Islam
Keberlanjutan ekonomi mencakup pengelolaan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengorbankan kepentingan generasi mendatang. Dalam Islam, konsep ini sejalan dengan prinsip-prinsip keseimbangan dan tanggung jawab sosial:
- Keseimbangan dalam Konsumsi dan Produksi: Islam menganjurkan keseimbangan antara kebutuhan duniawi dan akhirat, serta menghindari pemborosan. Kajian ini bisa meneliti bagaimana nilai-nilai Islam tentang konsumsi yang bijaksana (islah) dan tanggung jawab produksi bisa mendukung ekonomi yang berkelanjutan.
- Pembangunan Berkelanjutan dan Islam: Dalam pendekatan transdisipliner, pembangunan ekonomi yang berkelanjutan bisa dilihat dari sudut pandang Islam, di mana pembangunan bukan hanya berfokus pada pertumbuhan material, tetapi juga pada pembangunan spiritual dan moral masyarakat.
g. Globalisasi dan Tantangan Ekonomi Islam
Globalisasi ekonomi membawa banyak tantangan bagi masyarakat Muslim, terutama dalam hal bagaimana mereka dapat mempertahankan nilai-nilai Islam di tengah arus ekonomi global yang sering kali tidak sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Kajian ini bisa membahas:
- Islam dan Ekonomi Pasar Global: Kajian ini bisa mengeksplorasi bagaimana umat Islam dapat terlibat dalam ekonomi global tanpa harus mengorbankan prinsip-prinsip syariah. Ini termasuk analisis tentang perdagangan internasional, investasi global, dan bagaimana negara-negara Muslim dapat berpartisipasi dalam ekonomi global sambil menjaga nilai-nilai Islam.
- Tantangan Etis dalam Globalisasi: Globalisasi sering kali membawa nilai-nilai kapitalisme yang bertentangan dengan prinsip keadilan sosial dalam Islam. Kajian ini bisa membahas bagaimana Islam menawarkan alternatif etis terhadap kapitalisme global melalui pendekatan ekonomi yang lebih berkeadilan.
h. Islam, Keadilan Ekonomi, dan Pemerataan
Keadilan ekonomi adalah salah satu tema utama dalam ekonomi Islam. Islam mengajarkan bahwa kekayaan harus didistribusikan secara adil di antara anggota masyarakat. Kajian ini dapat mengeksplorasi:
- Pemerataan dan Pengentasan Kemiskinan dalam Islam: Islam memiliki mekanisme khusus seperti zakat, infak, dan sedekah untuk membantu meringankan beban ekonomi kaum miskin. Kajian ini bisa meneliti bagaimana instrumen-instrumen tersebut berfungsi dalam konteks modern untuk mengatasi masalah kemiskinan.
- Pajak dan Zakat: Dalam sistem ekonomi modern, pajak berfungsi sebagai alat redistribusi kekayaan. Kajian transdisipliner bisa membandingkan konsep pajak dengan zakat, serta melihat bagaimana kedua instrumen ini dapat bersinergi untuk mencapai keadilan ekonomi di negara-negara Muslim, termasuk di Indonesia.
Aspek ekonomi dalam kajian Islam transdisipliner di UIN Kendari berfokus pada pengintegrasian nilai-nilai Islam dengan disiplin ilmu ekonomi modern untuk menciptakan sistem ekonomi yang adil, beretika, dan berkelanjutan. Pendekatan ini mencakup kajian tentang zakat, wakaf, ekonomi syariah, keadilan distributif, dan tantangan globalisasi. Dengan memadukan teori ekonomi modern dan prinsip-prinsip Islam.
M. UNSUR-UNSUR EPISTEMOLOGI “TELUK ILMU” UIN KENDARI
Lautan yang berada di tengah Teluk Kendari merupakan komponen utama Teluk Ilmu yang membentangkan 6 rumpun keilmuan yang berpeluang untuk dikaji dan dikembangkan di UIN Kendari. Lautan yang dimaksud adalah lautan ilmu yang terdiri dari:
- Lautan Ilmu Agama: Ilmu Alquran, Hadis, Tafsir, Fikih, Kalam, Tasauf, Ilmu Ushuluddin, Ilmu Syariah, Ilmu Adab, Ilmu Dakwah, Ilmu Tarbiyah, Filsafat Islam, Pemikiran Islam, Ekonomi Islam, dan sebagainya
- Lautan Ilmu Sosial: Ilmu Ekonomi, Sosiologi, Psikologi, Antropologi, Ilmu Politik, Arkeologi, Ilmu Wilayah, Ilmu Budaya, dan sebagainya
- Lautan Ilmu Humaniora: Ilmu Bahasa, Ilmu Sastra, Filsafat, Ilmu Sejarah, Ilmu Seni Panggung, dan sebagainya
- Lautan Ilmu Alam: Biologi, Ilmu Kimia, Ilmu Fisika, Ilmu Angkasa, Ilmu Kebumian, dan sebagainya
- Lautan Ilmu Formal: Matematika, Statistika, Ilmu Komputer, Logika, Sistema, dan sebagainya
- Lautan Ilmu Terapan: Bisnis, Pendidikan, Hukum, Jurnalistik, Media Massa dan Komunikasi, Teknik, Kehutanan dan Lingkungan, Olahraga, Pertanian, Arsitektur dan Perencanaan, Keluarga dan Konsumen, Kesehatan, Perpustakaan dan Permuseuman, Militer, Administrasi Publik, Pekerja Sosial, dan Transportasi, dan sebagainya
N. IMPLIKASI EPSITEMOLOGI “TELUK ILMU”
1. Lautan Ilmu Agama
Filosofi Teluk Ilmu yang diterapkan di UIN Kendari memiliki implikasi yang mendalam pada pemahaman dan pengembangan lautan ilmu agama. Teluk Ilmu sebagai sebuah pendekatan transdisipliner tidak hanya membatasi kajian pada satu disiplin ilmu, tetapi mendorong keterbukaan terhadap beragam ilmu dan perspektif. Ini memberikan dampak yang signifikan pada ilmu agama, yang sering kali dipandang sebagai wilayah yang statis dan berorientasi pada tradisi. Berikut adalah beberapa implikasi penting dari filosofi ini terhadap lautan ilmu agama:
a. Pendekatan Holistik terhadap Ilmu Agama
Filosofi Teluk Ilmu mendorong integrasi berbagai disiplin ilmu dalam mengkaji agama. Ini berarti bahwa ilmu agama tidak lagi dilihat secara terpisah dari ilmu sosial, sains, ekonomi, atau filsafat, melainkan dipahami sebagai bagian dari keseluruhan yang lebih besar. Implikasinya adalah:
- Pemahaman yang Komprehensif: Ilmu agama menjadi lebih komprehensif dengan melibatkan aspek-aspek lain seperti sejarah, psikologi, sosiologi, ekonomi, dan budaya. Misalnya, kajian tentang zakat tidak hanya dipahami dari sudut pandang fikih, tetapi juga dari perspektif ekonomi dan keadilan sosial.
- Agama sebagai Jawaban Multidimensi: Dengan pendekatan ini, ilmu agama mampu menawarkan solusi yang lebih relevan dan holistik terhadap masalah-masalah kontemporer. Misalnya, masalah lingkungan dapat dilihat melalui lensa Islam (maqashid syariah), tetapi juga dengan melibatkan prinsip keberlanjutan dari sains modern.
- Dinamisasi Pemikiran Agama
Filosofi Teluk Ilmu mendorong dialog antara ilmu agama dengan disiplin ilmu lainnya, yang menciptakan dinamika baru dalam pengembangan pemikiran agama. Dengan demikian, lautan ilmu agama menjadi lebih cair dan terbuka terhadap perubahan dan inovasi:
- Kritik dan Pengembangan Teori Keagamaan: Ilmu agama yang sebelumnya bersifat dogmatis dan tertutup terhadap kritik, kini menjadi lebih terbuka terhadap pemikiran kritis dari berbagai disiplin ilmu. Ini memungkinkan reinterpretasi ajaran agama dalam konteks modern.
- Inovasi dalam Kajian Agama: Pendekatan transdisipliner memungkinkan munculnya inovasi dalam kajian agama, seperti pengembangan teori baru tentang hubungan agama dan sains, ekonomi Islam modern, atau etika lingkungan dalam Islam.
c. Penyelesaian Masalah-Masalah Kompleks
Dalam konteks lautan ilmu agama, Teluk Ilmu memungkinkan penyelesaian masalah-masalah kompleks melalui pendekatan lintas disiplin. Beberapa contoh penerapan dalam studi agama meliputi:
- Masalah Sosial dan Agama: Isu-isu sosial seperti kemiskinan, ketidakadilan, dan kesenjangan gender dapat dianalisis dari perspektif teologi Islam yang diperkaya dengan analisis sosial, ekonomi, dan hukum.
- Isu-isu Kontemporer dalam Agama: Masalah-masalah kontemporer seperti pluralisme agama, moderasi beragama, dan radikalisme bisa didekati dengan menggabungkan kajian agama dengan psikologi, sosiologi, dan politik. Ini memungkinkan umat Muslim memiliki perspektif yang lebih luas dalam menghadapi tantangan global.
d. Transformasi Metodologi Studi Agama
Implikasi lain dari filosofi Teluk Ilmu terhadap lautan ilmu agama adalah perubahan dalam metode studi agama. Pendekatan tradisional yang sering berfokus pada teks-teks normatif dan otoritatif kini mulai diimbangi dengan metodologi lain, seperti pendekatan empiris, historis, dan sosiologis:
- Metode Interdisipliner: Kajian agama kini lebih banyak menggunakan metode interdisipliner yang memungkinkan studi agama tidak hanya difokuskan pada analisis teks, tetapi juga pada konteks sosial, politik, dan budaya di mana teks-teks agama berkembang.
- Penggunaan Data Empiris: Studi agama yang menggabungkan data empiris dari disiplin ilmu lain (seperti antropologi, sosiologi, dan psikologi) mampu memberikan gambaran yang lebih konkret dan relevan terhadap praktik-praktik keagamaan dalam masyarakat.
e. Penguatan Peran Agama dalam Kehidupan Sosial
Dengan pendekatan transdisipliner, ilmu agama dapat lebih berperan dalam menyelesaikan persoalan-persoalan sosial yang kompleks, seperti kemiskinan, pendidikan, kesehatan, dan konflik sosial. Implikasinya antara lain:
- Keterlibatan Aktif Agama dalam Pembangunan Sosial: Ilmu agama tidak hanya menjadi ranah teoritis, tetapi juga praktis dalam membantu penyelesaian masalah sosial dan pembangunan kesejahteraan masyarakat melalui pendekatan berbasis nilai-nilai Islam.
- Peran Etika Islam dalam Kebijakan Publik: Ilmu agama yang terintegrasi dengan kajian politik dan hukum mampu memberikan kontribusi nyata dalam perumusan kebijakan publik yang berdasarkan prinsip-prinsip etika Islam.
f. Mendorong Dialog dan Kerjasama Antaragama
Filosofi Teluk Ilmu yang membuka dialog antara berbagai disiplin ilmu juga dapat diaplikasikan dalam dialog antaragama. Dengan pendekatan transdisipliner, kajian agama Islam bisa didekati dalam dialog dengan agama-agama lain secara lebih inklusif dan saling menghormati:
- Dialog Teologis yang Konstruktif: Pendekatan ini memungkinkan kajian agama Islam terlibat dalam dialog yang lebih luas dengan tradisi agama lain, sehingga tercipta pemahaman yang lebih mendalam dan saling menghormati.
- Kerjasama dalam Isu-Isu Global: Kajian transdisipliner memfasilitasi kerjasama antaragama dalam menghadapi isu-isu global seperti perubahan iklim, keadilan sosial, dan perdamaian dunia.
g. Revitalisasi Pendidikan Agama
Filosofi Teluk Ilmu membawa implikasi penting dalam pendidikan agama. Dengan pendekatan lintas disiplin, pendidikan agama di UIN Kendari, dan institusi serupa, tidak hanya fokus pada ilmu-ilmu tradisional Islam, tetapi juga ilmu-ilmu modern:
- Kurikulum yang Lebih Kaya dan Beragam: Kurikulum pendidikan agama yang mengadopsi filosofi Teluk Ilmu akan lebih kaya dengan perspektif multidisipliner. Siswa tidak hanya mempelajari fiqh atau tafsir, tetapi juga teori sosial, ekonomi, dan politik dalam konteks keislaman.
- Peningkatan Kapasitas Mahasiswa: Mahasiswa ilmu agama diharapkan memiliki kapasitas intelektual yang lebih luas dan mampu berpikir kritis serta solutif terhadap permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat dengan pendekatan yang lebih menyeluruh.
Filosofi Teluk Ilmu memberikan dampak yang mendalam pada lautan ilmu agama dengan memperluas cakrawala kajian agama ke dalam pendekatan yang lebih interdisipliner dan dinamis. Dengan menggabungkan berbagai disiplin ilmu, kajian agama di UIN Kendari menjadi lebih relevan dalam menghadapi tantangan-tantangan kontemporer. Selain itu, pendekatan ini juga memperkaya metodologi, mendorong inovasi dalam pemikiran keagamaan, serta memperkuat peran agama dalam menyelesaikan masalah sosial dan global.
Lautan Ilmu Agama ini diimplementasikan dan mewujudkan sejumlah program studi, baik semenjak menjadi IAIN Kendari, maupun setelah menjadi UIN Kendari. Program studi yang sedang dan akan dibuka tentu berdasarkan analisis kebutuhan dengan mempertimbangkan kekuatan dan peluang yang dimiliki, kemampuan daya dukung, dan komitmen sumber daya manusia yang dimiliki IAIN/UIN Kendari. Adapun program studi yang sudah
existing sebagai bagian dari rumpun ilmu agama ini adalah Ilmu Alquran dan Tafsir, Ahwal Syakhshiyyah, Muamalah, Pendidikan Agama Islam, Ekonomi Syariah, Perbankan Syariah, Manajemen Dakwah, Komunikasi Penyiaran Islam, Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Sedangkan program studi yang diproyeksikan untuk dikembangkan di UIN Kendari adalah prodi Akuntansi Syariah, Pariwisata Syariah, dan Politik Islam.
- Lautan Ilmu Sosial
Filosofi Teluk Ilmu yang dikembangkan di UIN Kendari memiliki implikasi penting terhadap lautan ilmu sosial. Teluk Ilmu sebagai pendekatan transdisipliner mendorong sinergi antara berbagai cabang ilmu pengetahuan, termasuk ilmu sosial, dengan mengintegrasikan perspektif keagamaan, filsafat, dan sains modern. Hal ini memperkaya pemahaman tentang fenomena sosial dan memberikan landasan untuk kajian yang lebih menyeluruh. Berikut adalah beberapa implikasi filosofi Teluk Ilmu terhadap lautan ilmu sosial:
a. Pendekatan Transdisipliner dalam Kajian Sosial
Filosofi Teluk Ilmu mendorong integrasi disiplin ilmu sosial seperti sosiologi, antropologi, politik, ekonomi, dan sejarah dengan ilmu agama dan filsafat. Hal ini memberikan pemahaman yang lebih luas dan mendalam terhadap fenomena sosial.
- Memperkaya Analisis Sosial: Fenomena sosial yang kompleks, seperti kemiskinan, ketimpangan, dan konflik, dapat dianalisis dengan lebih komprehensif menggunakan pendekatan transdisipliner. Contohnya, kajian tentang kemiskinan tidak hanya dilihat dari sudut pandang ekonomi, tetapi juga melalui perspektif agama dan budaya.
- Penjelasan yang Lebih Menyeluruh: Dengan menggabungkan perspektif keagamaan dan moral dalam kajian ilmu sosial, fenomena sosial bisa dipahami secara lebih mendalam dari segi nilai, etika, dan norma yang memengaruhi interaksi manusia dalam masyarakat.
b. Reinterpretasi Fenomena Sosial Berdasarkan Nilai Agama
Filosofi Teluk Ilmu mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam kajian sosial, yang menghasilkan reinterpretasi terhadap berbagai fenomena sosial dari sudut pandang moral dan etika agama Islam.
- Moralitas dan Etika dalam Interaksi Sosial: Pendekatan ini memungkinkan adanya interpretasi baru dalam melihat bagaimana etika Islam mempengaruhi interaksi sosial, baik di tingkat individu maupun masyarakat. Misalnya, kajian tentang keadilan sosial dan kesejahteraan dapat dihubungkan dengan konsep maqashid syariah (tujuan syariah) dalam Islam.
- Menggabungkan Agama dengan Teori Sosial: Teori-teori dalam ilmu sosial seperti teori kelas, teori konflik, atau teori feminis bisa dikaji ulang dalam konteks nilai-nilai keislaman, yang menghasilkan pandangan baru yang lebih seimbang antara analisis empiris dan etika agama.
c. Pendekatan Humanistik dalam Ilmu Sosial
Filosofi Teluk Ilmu yang mengedepankan pendekatan humanistik dalam ilmu sosial membantu menekankan pentingnya kesejahteraan manusia, nilai-nilai kemanusiaan, dan kebersamaan.
- Penghargaan terhadap Kemanusiaan: Pendekatan ini memperkuat kajian ilmu sosial yang memprioritaskan kesejahteraan individu dan masyarakat. Fokus pada isu-isu kemanusiaan, seperti hak asasi manusia, keadilan, dan kesetaraan, menjadi lebih terintegrasi dengan nilai-nilai keagamaan.
- Keberagaman Perspektif dalam Masyarakat Multikultural: Filosofi Teluk Ilmu juga membantu mengakomodasi keberagaman dan toleransi, yang relevan dalam kajian ilmu sosial mengenai masyarakat multikultural. Ini memungkinkan dialog lintas budaya dan agama menjadi lebih efektif dan produktif.
d. Pemahaman Kontekstual tentang Perubahan Sosial
Ilmu sosial sering berfokus pada dinamika perubahan sosial yang dipengaruhi oleh politik, ekonomi, dan budaya. Dengan filosofi Teluk Ilmu, perubahan sosial dapat dipahami secara lebih kontekstual dan berdasarkan nilai-nilai yang lebih luas, seperti nilai keagamaan dan spiritual.
- Transformasi Sosial dengan Pendekatan Nilai: Perubahan sosial yang cepat akibat globalisasi dan modernisasi bisa dilihat melalui kerangka yang lebih luas, yang tidak hanya mengacu pada faktor material, tetapi juga nilai spiritual dan moral. Ini memberikan pandangan yang lebih seimbang tentang kemajuan dan modernitas.
- Pendekatan Berbasis Kearifan Lokal: Teluk Ilmu juga mengedepankan pentingnya kearifan lokal dalam perubahan sosial. Integrasi antara nilai-nilai lokal dan prinsip-prinsip agama dalam kajian sosial menciptakan pemahaman yang lebih kontekstual dan relevan terhadap dinamika masyarakat lokal.
e. Penyelesaian Konflik Sosial melalui Pendekatan Etika dan Agama
Filosofi Teluk Ilmu memberikan kontribusi penting dalam upaya penyelesaian konflik sosial melalui pendekatan yang mengedepankan etika dan moralitas. Dengan mengintegrasikan perspektif agama, solusi terhadap konflik sosial menjadi lebih inklusif dan berkelanjutan.
- Resolusi Konflik Berbasis Agama: Konflik-konflik yang berakar pada perbedaan ideologi atau keyakinan dapat diselesaikan melalui pendekatan yang menekankan dialog lintas agama, penghormatan terhadap perbedaan, dan nilai-nilai kebersamaan. Pendekatan ini memungkinkan pemahaman yang lebih mendalam terhadap akar penyebab konflik serta penyelesaian yang damai.
- Penyelesaian dengan Prinsip Keadilan Sosial: Dengan memadukan konsep keadilan dalam Islam dengan teori-teori keadilan dalam ilmu sosial, kajian ini bisa memberikan solusi yang lebih berimbang dan holistik terhadap ketidakadilan sosial dan diskriminasi.
f. Pengaruh terhadap Metode Penelitian Sosial
Filosofi Teluk Ilmu juga berdampak pada metode penelitian dalam ilmu sosial, mendorong penggunaan metode penelitian yang lebih integratif, menggabungkan pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan etnografi dengan pendekatan normatif dan etis.
- Metode Penelitian Lintas Disiplin: Kajian ilmu sosial yang mengadopsi filosofi Teluk Ilmu akan menggunakan pendekatan yang lintas disiplin, sehingga penelitian bisa lebih kaya dengan perspektif yang berbeda, seperti etika agama, kearifan lokal, dan data empiris.
- Penelitian Sosial yang Berbasis Komunitas: Dengan pendekatan ini, penelitian sosial lebih sering melibatkan masyarakat secara langsung, memahami konteks sosial mereka, dan menghargai nilai-nilai lokal serta keagamaan yang berpengaruh pada kehidupan sosial mereka.
g. Pemberdayaan Masyarakat melalui Pendekatan Sosial dan Agama
Filosofi Teluk Ilmu mendorong penguatan keterlibatan agama dalam proses pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam konteks keadilan sosial dan kesejahteraan bersama.
- Pemberdayaan Berbasis Agama dan Sosial: Teluk Ilmu menekankan pentingnya menggabungkan nilai-nilai agama dalam program-program pemberdayaan masyarakat, seperti pengentasan kemiskinan, peningkatan pendidikan, dan pembangunan ekonomi. Nilai-nilai agama seperti keadilan, solidaritas, dan kasih sayang memberikan fondasi moral yang kuat dalam pemberdayaan masyarakat.
- Membangun Kesadaran Sosial: Dengan menekankan pentingnya etika dalam setiap interaksi sosial, filosofi Teluk Ilmu membantu menciptakan masyarakat yang lebih sadar akan tanggung jawab sosial dan pentingnya bekerja sama untuk kebaikan bersama.
h. Penguatan Pendidikan Sosial Berbasis Nilai Agama
Filosofi Teluk Ilmu juga mengimplikasikan penguatan pendidikan dalam ilmu sosial, yang menggabungkan kurikulum berbasis nilai-nilai agama dengan teori-teori ilmu sosial modern.
- Pendidikan Sosial yang Berimbang: Pendidikan ilmu sosial tidak hanya mengajarkan teori-teori sekuler, tetapi juga menanamkan nilai-nilai spiritual dan moral yang relevan. Ini membantu siswa memahami masalah sosial secara lebih utuh, baik dari segi material maupun etis.
- Membentuk Karakter Sosial yang Berbasis Etika: Filosofi ini juga menekankan pentingnya membentuk karakter sosial yang berdasarkan pada nilai-nilai keagamaan, seperti keadilan, kasih sayang, dan saling menghormati, yang relevan dalam hubungan sosial dan kehidupan bermasyarakat.
Filosofi Teluk Ilmu memberikan kontribusi signifikan pada lautan ilmu sosial dengan mendorong pendekatan transdisipliner yang mengintegrasikan nilai-nilai agama, etika, dan perspektif modern. Implikasinya meliputi pendekatan yang lebih holistik dalam kajian sosial, pemahaman yang lebih mendalam terhadap perubahan sosial, serta penyelesaian konflik sosial yang lebih etis dan berkelanjutan. Pendekatan ini juga memperkaya metodologi penelitian sosial dan memperkuat pendidikan berbasis nilai agama, menjadikan ilmu sosial lebih relevan dan aplikatif dalam kehidupan masyarakat.
Lautan Ilmu Sosial ini diterjemahkan dan menghasilkan sejumlah program studi, baik semenjak menjadi IAIN Kendari, maupun setelah menjadi UIN Kendari. Program studi yang sedang dan akan dibuka tentu berdasarkan analisis kebutuhan dengan mempertimbangkan kekuatan dan peluang yang dimiliki, kemampuan daya dukung, dan komitmen sumber daya manusia yang dimiliki IAIN/UIN Kendari. Adapun program studi yang sudah
existing sebagai bagian dari rumpun ilmu sosial ini adalah Prodi Ekonomi. Sedangkan program studi yang diproyeksikan untuk dikembangkan di UIN Kendari adalah Prodi Sosiologi dan Psikologi.
3. Lautan Ilmu Humaniora
Filosofi Teluk Ilmu memiliki implikasi yang mendalam terhadap lautan ilmu humaniora, yang mencakup kajian tentang budaya, bahasa, sastra, seni, filsafat, dan sejarah. Pendekatan transdisipliner Teluk Ilmu, yang memadukan berbagai disiplin ilmu dan nilai-nilai agama, membuka ruang baru bagi pemahaman yang lebih menyeluruh dan holistik terhadap kajian-kajian humaniora. Berikut adalah beberapa implikasi penting dari filosofi Teluk Ilmu terhadap ilmu humaniora:
a. Penggabungan Nilai Agama dengan Humaniora
- Salah satu implikasi utama filosofi Teluk Ilmu dalam lautan ilmu humaniora adalah integrasi nilai-nilai agama, spiritualitas, dan etika ke dalam kajian tentang budaya, seni, bahasa, dan sastra.
- Pemaknaan Baru dalam Karya Sastra dan Seni: Melalui pendekatan ini, karya sastra dan seni dapat dianalisis tidak hanya dari perspektif estetik dan historis, tetapi juga dari sudut pandang spiritual dan etika agama. Misalnya, karya sastra Islam bisa dianalisis berdasarkan nilai-nilai moral yang dikandungnya.
- Peningkatan Pemahaman Budaya yang Holistik: Kajian budaya dapat mengintegrasikan perspektif keagamaan dan spiritualitas, sehingga lebih menekankan nilai-nilai moral dan kearifan lokal yang berkembang dalam masyarakat tertentu.
b. Reinterpretasi Nilai Budaya dalam Konteks Transdisipliner
Filosofi Teluk Ilmu mendorong reinterpretasi nilai-nilai budaya dengan pendekatan lintas disiplin. Ini berarti bahwa kajian budaya tidak lagi dilihat sebagai fenomena yang terpisah dari ilmu lain, seperti agama, filsafat, dan ilmu sosial.
- Budaya sebagai Manifestasi Nilai-Nilai Agama dan Etika: Dalam pendekatan ini, budaya dilihat sebagai salah satu ekspresi nilai-nilai spiritual dan moral yang ada dalam masyarakat. Misalnya, praktik-praktik budaya tertentu bisa dipahami sebagai refleksi dari ajaran agama atau kearifan lokal yang telah diwariskan turun-temurun.
- Integrasi dengan Filsafat dan Etika: Filosofi Teluk Ilmu memungkinkan kajian budaya dilihat melalui lensa filsafat dan etika, sehingga menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam tentang nilai-nilai yang terkandung dalam budaya tersebut.
c. Kajian Bahasa dalam Perspektif Nilai-Nilai Transdisipliner
Dalam konteks ilmu humaniora, kajian bahasa menjadi lebih kaya dengan pendekatan transdisipliner yang diusung oleh filosofi Teluk Ilmu. Penggunaan bahasa dalam masyarakat tidak hanya dilihat sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai medium penyampaian nilai-nilai agama, moral, dan sosial.
- Bahasa sebagai Cermin Kebudayaan dan Agama: Kajian tentang bahasa dapat mengungkap bagaimana bahasa mencerminkan nilai-nilai budaya dan agama yang dianut oleh masyarakat. Misalnya, istilah-istilah tertentu dalam bahasa lokal atau bahasa agama mencerminkan pandangan dunia yang mendalam tentang kehidupan, moralitas, dan spiritualitas.
- Bahasa sebagai Sarana Penghubung Nilai-Nilai Transdisipliner: Filosofi Teluk Ilmu menekankan pentingnya bahasa sebagai sarana untuk menghubungkan berbagai disiplin ilmu. Bahasa menjadi alat penting untuk menyampaikan konsep-konsep keilmuan yang multidisipliner dan transdisipliner, termasuk dalam kajian agama, sosiologi, dan filsafat.
d. Pendekatan Historis yang Lebih Holistik
Filosofi Teluk Ilmu memberikan perspektif baru dalam kajian sejarah dengan menggabungkan narasi historis dengan pemahaman agama, filsafat, dan nilai-nilai moral. Pendekatan ini menghindari pemahaman sejarah yang hanya berfokus pada fakta-fakta material dan kronologi peristiwa, tetapi juga menggali dimensi spiritual dan etis di balik peristiwa sejarah.
- Sejarah sebagai Proses Perjalanan Spiritual: Sejarah dapat dipahami sebagai proses perjalanan spiritual umat manusia, yang melibatkan perjuangan untuk mencapai nilai-nilai moral, keadilan, dan kemanusiaan. Peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah tidak hanya dilihat sebagai peristiwa politik atau ekonomi, tetapi juga sebagai bagian dari dinamika spiritual dan etika.
- Penekanan pada Kearifan Lokal dan Pengalaman Religius: Kajian sejarah melalui pendekatan Teluk Ilmu juga dapat memperkaya pemahaman tentang peran agama dan kearifan lokal dalam membentuk identitas dan perjalanan suatu masyarakat.
e. Pengembangan Filsafat Humaniora yang Mengintegrasikan Agama dan Etika
Filosofi Teluk Ilmu memberikan landasan untuk pengembangan filsafat humaniora yang mengintegrasikan agama, etika, dan nilai-nilai transdisipliner. Ini memungkinkan ilmu humaniora untuk mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang kemanusiaan, makna hidup, moralitas, dan hubungan manusia dengan alam semesta melalui pendekatan yang lebih luas.
- Filsafat yang Berlandaskan pada Nilai-Nilai Spiritualitas dan Kemanusiaan: Dengan menggabungkan nilai-nilai agama dan spiritualitas, kajian filsafat humaniora dapat memberikan pandangan yang lebih dalam tentang makna keberadaan manusia, tujuan hidup, dan nilai-nilai yang harus dijunjung dalam kehidupan bermasyarakat.
- Dialog antara Filsafat Barat dan Filsafat Islam: Filosofi Teluk Ilmu membuka ruang untuk dialog antara tradisi filsafat Barat dan filsafat Islam, yang menghasilkan pandangan yang lebih kaya dan beragam tentang persoalan-persoalan kemanusiaan.
f. Pemaknaan Karya Seni dalam Perspektif Agama dan Etika
Pendekatan Teluk Ilmu dalam kajian seni memberikan pemaknaan baru terhadap karya seni dengan menempatkan seni sebagai media untuk menyampaikan nilai-nilai agama, moral, dan kearifan lokal. Seni tidak hanya dipandang dari segi estetik, tetapi juga dari segi nilai-nilai spiritual yang terkandung di dalamnya.
- Seni sebagai Ekspresi Spiritualitas: Karya seni, baik dalam bentuk visual, sastra, atau pertunjukan, dapat dipahami sebagai bentuk ekspresi spiritual yang mencerminkan nilai-nilai agama dan etika yang diyakini oleh seniman dan masyarakat.
- Seni sebagai Sarana Edukasi Moral: Dengan mengintegrasikan nilai-nilai etika dan agama, seni dapat berfungsi sebagai sarana edukasi moral, menyampaikan pesan-pesan etis dan spiritual kepada publik secara kreatif dan estetis.
g. Penguatan Pendidikan Humaniora yang Berbasis Nilai-Nilai Agama
Filosofi Teluk Ilmu juga memiliki implikasi penting dalam pendidikan humaniora, terutama dalam hal penguatan kurikulum yang berbasis nilai-nilai agama dan moral. Pendidikan humaniora yang mengadopsi pendekatan ini akan lebih menekankan pengembangan karakter, etika, dan pemahaman tentang kemanusiaan yang holistik.
- Kurikulum Berbasis Etika dan Spiritualitas: Pendidikan humaniora yang diwarnai oleh filosofi Teluk Ilmu akan mengajarkan nilai-nilai etika dan spiritualitas yang diintegrasikan dengan kajian seni, sastra, sejarah, dan filsafat. Ini membantu membentuk siswa yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga bermoral dan memiliki kesadaran spiritual.
- Pendidikan yang Membangun Karakter dan Kesadaran Sosial: Melalui pendidikan humaniora yang berbasis nilai agama, siswa akan didorong untuk mengembangkan karakter yang berlandaskan etika, tanggung jawab sosial, dan kesadaran akan pentingnya peran mereka dalam masyarakat.
h. Pendekatan Empati dan Kemanusiaan dalam Kajian Humaniora
Filosofi Teluk Ilmu menekankan pentingnya empati dan kemanusiaan dalam kajian ilmu humaniora. Pendekatan ini mendorong kajian yang lebih berfokus pada aspek-aspek kemanusiaan, hubungan antarindividu, dan rasa saling menghormati.
- Membangun Kemanusiaan melalui Humaniora: Kajian tentang budaya, sastra, dan seni melalui perspektif Teluk Ilmu membantu memperkuat pemahaman tentang kemanusiaan, empati, dan nilai-nilai moral yang universal.
- Kesadaran akan Keadilan Sosial dalam Karya Humaniora: Karya-karya dalam bidang humaniora, seperti sastra atau seni, dapat digunakan sebagai alat untuk menyuarakan isu-isu keadilan sosial, kesetaraan, dan hak asasi manusia, yang diintegrasikan dengan nilai-nilai agama dan spiritualitas.
Filosofi Teluk Ilmu memberikan dampak yang signifikan terhadap lautan ilmu humaniora dengan memperkaya kajian-kajian budaya, bahasa, sastra, seni, dan filsafat melalui pendekatan transdisipliner. Implikasi ini meliputi pengintegrasian nilai-nilai agama dan etika dalam karya seni dan budaya, pengembangan filsafat humaniora yang lebih spiritual, serta peningkatan pendidikan humaniora yang berbasis nilai-nilai agama. Pendekatan ini mendorong pemahaman yang lebih holistik tentang kemanusiaan dan memperkuat peran ilmu humaniora dalam membangun masyarakat yang lebih beretika, bermoral, dan penuh empati.
Lautan Ilmu Humaniora ini dijabarkan dan melahirkan sejumlah program studi, baik semenjak menjadi IAIN Kendari, maupun setelah menjadi UIN Kendari. Program studi yang sedang dan akan dibuka tentu berdasarkan analisis kebutuhan dengan mempertimbangkan kekuatan dan peluang yang dimiliki, kemampuan daya dukung, dan komitmen sumber daya manusia yang dimiliki IAIN/UIN Kendari. Adapun program studi yang sudah
existing sebagai bagian dari rumpun ilmu humaniora ini Bahasa Arab dan Bahasa Inggris. Sedangkan program studi yang diproyeksikan untuk dikembangkan di UIN Kendari adalah prodi Bahasa Mandarin dan Korea.